Pada
periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan
diri. Perbedaan tipe individual makin tampak.
Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan
kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang
merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan
seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam
hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam
meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni
akan berlangsung terus dalam kehidupan.
Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang
dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari.
Gambar anak
memiliki keunikan dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini terjadi
karena anak-anak masih memiliki keaslian
dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau
karya. Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat
Soesatyo (1994: 32 –33) bahwa sifat
lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut:
1. Ideographisme.
Lukisan
anak merupakan ekspresi berdasar pengertian
dan logika anak, contoh: anak melukis muka manusia dari samping,
meskipun dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja, tetapi
berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka dilukislah
kedua mata itu disamping.
2. Steorotif atau otomatisme.
Ciri
gambar anak yang kedua adalah ditemukannya
gejala umum penggambaran bentuk benda secara
berulang-ulang dengan ukuran yang monoton. Gejala ini
dinamakan stereotipe. Misalnya figure manusia yang diulang dalam
bentuk yang sama meski warnanya berbeda- beda.
Atau bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema yang terus
diulang-ulang.
3. Gejala finalitas
Sungguh unik
bila kita cermati dan amati gambar anak, anak menggambarkan peristiwa yang
mengandung unsur ruang dan waktu. Biasanya anak
melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak. Penggambaran suatu
peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan dengan membuat objek gambar yang
diulang-ulang. Namun tidak semua bagian atau
anggota badan dilukis, hanya yang perlu-perlu
saja atau yang dirasakan penting dalam tema lukisan. Misalnya ibu yang
sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan
saja yang memegang sapu itu, sedang tangan
yang satu yang tidak berperan tidak dilukis.
Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan lebih mendapat tekanan.
4. Perebahan
atau lipatan
Sifat
ini merupakan peristiwa yang lucu namun
logis buat anak-anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat
rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan
dilukis tegak lurus pada garis dasar tersebut meskipun
garis dasar itu berbelok atau miring
arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir.
5. Transparan
Kebiasaan
dan kecenderuangan anak menggambarkan hal-hal atau
peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran
yang tembus pandang. Sebagai contoh bila
anak melihat kucing makan ikan, kemudian
kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak
biasanya akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada ikannya.
Pada usia tertentu kita dapat menjumpai
lukisan anak dengan sifat tembus pandang. Anak
cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan dn ia mengerti meskipun ada
beberapa benda objek yang berada di dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya
adalah peristiwa tembus pandang atau sinar
X (x–ray). Contoh: ibu dan bapak duduk di
dalam rumah dan tertutup dinding, namun dilukis
lengkap dengan benda dan perabot lain. Kucing
makan tikus. Tikus yang di dalam perut kucing dilukis juga.
Sabagai bahan perbandingan lihat Gambar 3.5.
Satu nilai
yang dapat kita tiru dari anak-anak dengan karakterisrik gambar ini adalah
kejujuran dan kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini berbeda
dengan orang dewasa yang penuh dengan kepura-puraan.
6. Juxtaposisi.
Sifat Pemecahan
masalah ruang (kedalaman jauh dekat) dalam bidang datar, diatasi
dengan dasar pemikiran praktis. Anak melukis benda atau objek yang
jauh di bagian atas kertas sedang yang dekat dibagian bawah. Bertebar namun
artistic, mirip lukisan Bali.
7. Simetris (setangkep)
Dalam melukis suatu objek sering timbul gejala atau hasrat untuk melukis
hal-hal yang asimetris menjadi asimetris. Misalnya dua pohon besar di kiri dan
di kanan, dua buah gunung kembar dengan matahari di tengah, setangkai bunga
dengan daun kiri dan di kanan, dan sebagainya.
8. Proporsi (perbandingan
ukuran)
Anak- anak
lebih mementingkan proporsi nilai dari pada
fisik. Hal-hal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar atau lebih jelas.
9. Lukisan bersifat cerita (naratif)
Lukisan/gambar
yang dibuat anak merupakan ungkapan perasaan atau gejolak jiwa. Jadi lukisan
adalah cerita anak, bukan sekedar mencoret sebagai aktivitas motoric atau gerak
anatomis saja. Maka perlu ditanggapi secara wajar dan dalam
sikap menerima serta mengahargaigambar anak SMA
sumber
http://ramainspirations.blogspot.co.id/2013/10/periodesasi-dan-karakteristik-seni-rupa.html
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu3b-sMUb9z4t28vxgODyODSbch95pOg4N763QeSrmF0oa2QDUWYz2W5Moof1PfLPnF90bPBDkuS_9FIGAASTjOJRghnocehKghHl4SiGYvkTu9Gd3lScdOKXGC7Vfnwh9_eYdraLKwIY/s1600/102_5230.JPG