Senin, 21 September 2015

Tugas Pengembangan Peserta Didik (tgl 22 sept 2015)



Motorik Anak
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa ama, tergantung proses kematangan masing-masing anak.
Perkembangan fisik motorik pada anak dapat ditandai dari pertumbuhan fisiknya yang meliputi peningkatan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan tonus otot. Pertumbuhan fisik anak perlu dicermati. Sebab, kurang optimalnya pertumbuhan fisik dapat menjadi pertanda ada sesuatu pada diri anak. Umumnya orangtua diberikan catatan untuk mendata pertumbuhan anaknya dan lembaran ini telah disediakan oleh dokter atau rumah sakit tempat melakukan konsultasi. Khusus untuk berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala dapat dipantau pertumbuhannya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS tersebut dapat dibawa pulang karenanya setiap konsultasi hendaknya selalu dibawa.

motoric halus muncul dalam kegiatan menggambar,namun kurang mendapat perhatian,kegiatan menggambar pada umumnya hanya dipandang sebagai mengisi waktu luang buat anak,dianggap perilaku merusak,mengotori dinding,mengotori lantai dan sebagainya. Belum nampak sebagai gambaran perkembangan anak. Latihan menggambar anak sangat susah mengkoordinasikan mata dan tangan karena gerak motoriknya belum sesuai dengan keinginan.

Variable penilaian gambar anak
1. dari jenis kelamin,
2. usia (mental fisiologis)
3. latar belakang keluarga,lingkungan sekitar dan sekolah.

Anak yang menjadi korban bullying harus segera ditangani psikolog. Tanpa bantuan dari psikolog anak bisa menjadi individu yang traumatik. Anak pun bisa terpicu menjadi individu pendendam.

Ada banyak hal yang memicu anak dengan pelaku kekerasan atau bullying. Sosiolog hukum UI, Bambang Widodo, mengatakan salah satu cara menghindari anak dari kekerasan seperti itu adalah dengan membatasinya dari siaran media yang cenderung penuh kekerasan.

Menurut Bambang, peran media cukup besar untuk membuat anak menjadi sosok yang agresif. Karena gambar-gambar dapat dengan mudah diserap anak untuk ditiru.

Jadi acara yang bersifat kekerasan, sebaiknya diganti dengan tontonan bersifat edukasi atau kemanusiaan. Sehingga apa yang ditiru anak di ruang sosialnya bersifat positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar