Motorik Anak
Perkembangan motorik adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap
gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan patut
diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa ama, tergantung proses kematangan
masing-masing anak.
Perkembangan fisik motorik pada anak
dapat ditandai dari pertumbuhan fisiknya yang meliputi peningkatan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan tonus otot. Pertumbuhan fisik anak perlu
dicermati. Sebab, kurang optimalnya pertumbuhan fisik dapat menjadi pertanda
ada sesuatu pada diri anak. Umumnya orangtua diberikan catatan untuk mendata
pertumbuhan anaknya dan lembaran ini telah disediakan oleh dokter atau rumah
sakit tempat melakukan konsultasi. Khusus untuk berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala dapat dipantau pertumbuhannya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).
KMS tersebut dapat dibawa pulang karenanya setiap konsultasi hendaknya selalu
dibawa.
motoric halus muncul dalam kegiatan menggambar,namun kurang mendapat perhatian,kegiatan menggambar pada umumnya hanya dipandang sebagai mengisi waktu luang buat anak,dianggap perilaku merusak,mengotori dinding,mengotori lantai dan sebagainya. Belum nampak sebagai gambaran perkembangan anak. Latihan menggambar anak sangat susah mengkoordinasikan mata dan tangan karena gerak motoriknya belum sesuai dengan keinginan.
Variable penilaian
gambar anak
1. dari jenis kelamin,
2. usia (mental
fisiologis)
3. latar belakang
keluarga,lingkungan sekitar dan sekolah.
Anak
yang menjadi korban bullying harus segera ditangani psikolog. Tanpa bantuan
dari psikolog anak bisa menjadi individu yang traumatik. Anak pun bisa terpicu
menjadi individu pendendam.
Ada banyak hal yang memicu anak dengan pelaku kekerasan atau bullying. Sosiolog hukum UI, Bambang Widodo, mengatakan salah satu cara menghindari anak dari kekerasan seperti itu adalah dengan membatasinya dari siaran media yang cenderung penuh kekerasan.
Menurut Bambang, peran media cukup besar untuk membuat anak menjadi sosok yang agresif. Karena gambar-gambar dapat dengan mudah diserap anak untuk ditiru.
Jadi acara yang bersifat kekerasan, sebaiknya diganti dengan tontonan bersifat edukasi atau kemanusiaan. Sehingga apa yang ditiru anak di ruang sosialnya bersifat positif.
Ada banyak hal yang memicu anak dengan pelaku kekerasan atau bullying. Sosiolog hukum UI, Bambang Widodo, mengatakan salah satu cara menghindari anak dari kekerasan seperti itu adalah dengan membatasinya dari siaran media yang cenderung penuh kekerasan.
Menurut Bambang, peran media cukup besar untuk membuat anak menjadi sosok yang agresif. Karena gambar-gambar dapat dengan mudah diserap anak untuk ditiru.
Jadi acara yang bersifat kekerasan, sebaiknya diganti dengan tontonan bersifat edukasi atau kemanusiaan. Sehingga apa yang ditiru anak di ruang sosialnya bersifat positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar